Tangerang Selatan, "Kota Satelit" Tanpa Identitas Kota
Titik episentrum ekonomi Tangsel bukan berada di Pondok Aren, Ciputat atau Pamulang sebagai kecamatan terpadat penduduknya. Sebaliknya, geliat ekonominya ada di areal sekitar lima pengembang kakap itu," tutur Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia
Sebagai daerah pemekaran, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, mengalami pertumbuhan sangat pesat. Setiap jengkal lahan tak lepas dari pembangunan fisik properti, mulai perumahan berkonsep real estate, apartemen, ruko, rukan, pergudangan, perkantoran, hingga pusat-pusat belanja.
Bisa dimaklumi, jika kemajuan Kota Tangsel didominasi oleh peran Sinarmas Land Group, PT Summarecon Agung Tbk., PT Alam Sutera Realty Tbk., PT Paramount Enterprise International, dan PT Jaya Real Property Tbk.
"Raksasa-raksasa" tersebut membangun kawasan Serpong dan Serpong Utara di dalam Kota Tangsel dan kemudian menjadi magnet industri jasa dan perdagangan. Dengan demikian, bisa dikatakan, bahwa faktor kemajuan Tangsel selama ini masih karena limpahan aliran investasi yang tertuju ke wilayah tersebut.
"Tidak heran, jika titik episentrum ekonomi Tangsel bukan berada di Pondok Aren, Ciputat atau Pamulang sebagai kecamatan terpadat penduduknya. Sebaliknya, geliat ekonominya ada di areal sekitar lima pengembang kakap itu," tutur Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro kepada Kompas.com, Jumat 31/7/2015).
Bernardus menelaah, ada perbedaan sangat kontras antara tujuh kecamatan yang ada di wilayah Kota Tangsel. Secara kasat mata, kemajuan dengan penataan kota lebih rapi dan teratur terlihat di Serpong, dan Serpong Utara. Sementara itu, kondisi sebaliknya dengan mudah bisa ditemui di Ciputat, Pamulang, Pondok Aren, dan Setu.
Di empat kecamatan itu masih bisa dijumpai infrastruktur jalan rusak parah, berlubang, dan bergelombang. Penataan kawasan tampak amburadul dan zonasi yang tidak terkontrol. Padahal, Ciputat adalah jantungnya Tangsel, meskipun kantor wali kota berada di Pamulang.
Seksi Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang (DBMTR) Provinsi Banten, Ahmad Jalaluddin, mengakui masih banyak ruas jalan di beberapa titik strategis Kota Tangsel rusak parah dan jauh dari memadai."Di antaranya yang paling parah kerusakannya adalah jalan di Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, dan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur," ujar Ahmad.
Sementara itu, ruas jalan lainnya seperti Jl Pahlawan Seribu, Jl Serpong-Parung, Jl Puspitek Raya, Jl Kapt. Subianto DJ, Jl Siliwangi, Jl Otista, Jl Tekno Widya, Jl Buaran-Rawa Buntu, Jl Ciater, dan Jl Pamulang Raya mengalami kerusakan kombinasi, berat, dan ringan.
sumber : kompas.com
Sebagai daerah pemekaran, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, mengalami pertumbuhan sangat pesat. Setiap jengkal lahan tak lepas dari pembangunan fisik properti, mulai perumahan berkonsep real estate, apartemen, ruko, rukan, pergudangan, perkantoran, hingga pusat-pusat belanja.
Bisa dimaklumi, jika kemajuan Kota Tangsel didominasi oleh peran Sinarmas Land Group, PT Summarecon Agung Tbk., PT Alam Sutera Realty Tbk., PT Paramount Enterprise International, dan PT Jaya Real Property Tbk.
"Raksasa-raksasa" tersebut membangun kawasan Serpong dan Serpong Utara di dalam Kota Tangsel dan kemudian menjadi magnet industri jasa dan perdagangan. Dengan demikian, bisa dikatakan, bahwa faktor kemajuan Tangsel selama ini masih karena limpahan aliran investasi yang tertuju ke wilayah tersebut.
"Tidak heran, jika titik episentrum ekonomi Tangsel bukan berada di Pondok Aren, Ciputat atau Pamulang sebagai kecamatan terpadat penduduknya. Sebaliknya, geliat ekonominya ada di areal sekitar lima pengembang kakap itu," tutur Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro kepada Kompas.com, Jumat 31/7/2015).
Bernardus menelaah, ada perbedaan sangat kontras antara tujuh kecamatan yang ada di wilayah Kota Tangsel. Secara kasat mata, kemajuan dengan penataan kota lebih rapi dan teratur terlihat di Serpong, dan Serpong Utara. Sementara itu, kondisi sebaliknya dengan mudah bisa ditemui di Ciputat, Pamulang, Pondok Aren, dan Setu.
Di empat kecamatan itu masih bisa dijumpai infrastruktur jalan rusak parah, berlubang, dan bergelombang. Penataan kawasan tampak amburadul dan zonasi yang tidak terkontrol. Padahal, Ciputat adalah jantungnya Tangsel, meskipun kantor wali kota berada di Pamulang.
Seksi Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang (DBMTR) Provinsi Banten, Ahmad Jalaluddin, mengakui masih banyak ruas jalan di beberapa titik strategis Kota Tangsel rusak parah dan jauh dari memadai."Di antaranya yang paling parah kerusakannya adalah jalan di Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, dan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur," ujar Ahmad.
Sementara itu, ruas jalan lainnya seperti Jl Pahlawan Seribu, Jl Serpong-Parung, Jl Puspitek Raya, Jl Kapt. Subianto DJ, Jl Siliwangi, Jl Otista, Jl Tekno Widya, Jl Buaran-Rawa Buntu, Jl Ciater, dan Jl Pamulang Raya mengalami kerusakan kombinasi, berat, dan ringan.
Kondisi infrastruktur jalan dan lingkungan di dalam kawasan perumahan Alam Sutera, Rabu (29/7/2015). Terlihat mulus, tertata, dan asri. ARI PRASETYO/Kompas.com |
Namun demikian, lanjut Ahmad, tidak seluruh ruas jalan tersebut menjadi domain Pemerintah Kota Tangsel. Ada beberapa wilayah yang menjadi tanggung jawab Provinsi Banten, di antaranya adalah Jl Pahlawan Seribu, Jl Raya Serpong, Jl Otista, dan Simpang Munjul.
Indikator kemajuan
Indikator kemajuan
Salah satu indikator kemajuan Tangsel sebetulnya bisa dilihat dari penataan Kecamatan Ciputat. Di sinilah gravitasi Kota Tangsel yang sesungguhnya.
Karena itulah, Pemerintah Kota Tangsel harus mampu mengatasi masalah perkotaan. Masalah-masalah mulai pengelolaan dan penanganan sampah kota, kemacetan yang semakin sulit dikendalikan, pengelolaan pasar tradisional, dan tak terciptanya lahan untuk dimanfaatkan bagi fasilitas umum.
"Selain itu, penyediaan air bersih harus menjadi perhatian," kata Bernardus.
Karena itulah, Pemerintah Kota Tangsel harus mampu mengatasi masalah perkotaan. Masalah-masalah mulai pengelolaan dan penanganan sampah kota, kemacetan yang semakin sulit dikendalikan, pengelolaan pasar tradisional, dan tak terciptanya lahan untuk dimanfaatkan bagi fasilitas umum.
"Selain itu, penyediaan air bersih harus menjadi perhatian," kata Bernardus.
Dia menambahkan, pengelolaan jasa layanan masyarakat yang selama ini dilakukan oleh pengembang swasta harus direplikasi dan dikembangkan. Dengan begitu, keseluruham Kota Tangsel bisa mempunyai standar yang sama.
Sebagai "satelit" dari ibukota, perencanaan infrastruktur dasar dan transportasi Tangsel juga harus terkait dengan kota primatnya, DKI Jakarta. Sayangnya, keberpihakan terhadap kendaraan pribadi masih sangat dominan.
Sampai sekarang, Tangsel juga masih belum utuh memiliki "brand" atau identitas kota yang mandiri. Padahal, identitas itu seharusnya bisa dikembangkan menjadi kota pendidikan, kota teknologi, ataupun kota wisata.
Selama ini ketersediaan infrastruktur yang cukup baik dikembangkan oleh sejumlah pengembang besar, seperti terlihat di BSD City, Gading Serpong, Bintaro Jaya, atau juga Alam Sutera. Sayangnya, semua itu belum diintegrasikan dengan wilayah lainnya di Kota Tangsel.
Sampai sekarang, Tangsel juga masih belum utuh memiliki "brand" atau identitas kota yang mandiri. Padahal, identitas itu seharusnya bisa dikembangkan menjadi kota pendidikan, kota teknologi, ataupun kota wisata.
Selama ini ketersediaan infrastruktur yang cukup baik dikembangkan oleh sejumlah pengembang besar, seperti terlihat di BSD City, Gading Serpong, Bintaro Jaya, atau juga Alam Sutera. Sayangnya, semua itu belum diintegrasikan dengan wilayah lainnya di Kota Tangsel.
Penulis | : Hilda B Alexander |
Editor | : Latief |
sumber : kompas.com